Reading Report : Semantik


 

Reading Report

diajukan untuk memenuhi tugas  Matakuliah Kapita Selekta pada Program Doktoral Linguistik  Universitas Padjadjaran dengan Dosed Pengampu  Prof. Dr. Dudih A Zuhud

Oleh

Nama : Iis Kurnia Nurhayati, S.S.,M.Hum

NPM : 180130140014

 

 

SEMANTIK

1.1 DEFINISI

`    1. Analisis makna

  1. Ilmu yang mempelajari tentang makn bahasa

1.2 PENJELASAN MAKNA

Makna kata sulit untuk didefinisikan. Namun kita dapat mengetahui hubungan semantik suatu kata dengan kata lain dengan mengetahui makna kata tersebut.

 

  • Sinonim

Sinonim : persamaan makna kata.

Contoh  :         youth – adolescent

remember – recall

Antonim

Antonim : perbedaan makna kata

Contoh  :         dark – light                              up – down

hot – cold                                come – go

Polisemi

Polisemi terjadi ketika satu kata memiliki dua makna yang berhubungan atau lebih.

No Kata Makna A Makna B
1. Bright shining intelligent
2. to glare to shine intensely to stare angrily
3. a deposit minerals in the water money in the bank

 

Homofon

Homofon terjadi ketika satu kata memiliki dua atau lebih makna yang berbeda. Di dalam homofon, dua kata atau lebih memiliki pengucapan yang sama namun maknanya berbeda.

No. Kata Makna A Makna B
1. bank a financial institution a small clift at the edge of a river
2. club a social organization a blunt weapon
3. pen a writing instument a small cage

 

Polisemi dan homofon dapat menimbulkan ambiguitas leksikal ketika satu kata memiliki dua atau lebih makna. Contoh : Liz bought a pen.

 

  • MAKNA DAN MASALAHNYA

Pengertian Makna

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.

  • Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :.
  1. maksud pembicara;
  2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
  3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
  4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
  • Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti.
  • Dari pengertian para ahli bahsa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.

 

Aspek-aspek Makna

 

Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :

  1. Pengertian (sense)

Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Lyons (dalam Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan bahwa pengertian adalah sistem hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam kosakata.

  1. Nilai rasa (feeling)

Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain, nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata0kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiapkata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.

  1. Nada (tone)

Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan bicara ( dalam Mansoer Pateda, 2001:94). Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.

  1. Maksud (intention)

Aspek maksud menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001: 95) merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik. Aspek-aspek makna tersebut tentunya mempunyai pengaruh terhadap jenis-jenis makna yang ada dalam semantik. Di bawah ini akan dijelaskan seperti apa keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik dengan jenis-jenis makna dalam semantik.

 

  1. Makna Emotif

Makna emotif menurut Sipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:101) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan. Dicontohkan dengan kata kerbau dalam kalimatEngkau kerbau., kata itu tentunya menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata lain,kata kerbau tadi mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau poerilaku malas, lamban, dan dianggapsebagai penghinaan. Orang yang dituju atau pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai.

 

  1. Makna Konotatif

 

Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif (Fathimah Djajasudarma, 1999:9). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata nunga dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.

 

  1. Makna Kognitif

 

Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109). Kata pohon bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.

 

  1. Makna Referensial

 

Referen menurut Palmer ( dalam Mansoer Pateda, 2001: 125) adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses.

 

Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen.

 

  1. Makna Piktorikal

 

Makna piktorikal menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:122) adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul rasa mual karenanya.

 

  1. Informasi

Informasi adalah gejala luar ujaran.    Sampai saat ini banyak orang, termasuk juga linguis yang menyatakan bahwa kata ayahsama maksudnya dengan kata bapak, sebab keduanya sama-sama mengacu pada orang tua laki-laki. Begitupun kalimat Dika menendang bola bersama maknanya dengan bola ditendang Dika, sebab keduanya memberi pengertian keterangan, atau informasi yang sama.

 

Sesungguhnya pendapat mereka itu keliru kalau dilihat dari prinsip umum di atas. Tetapi, mengapa terjadi demikian?karena mengacaukan pengertian makna dengan informasi maka banyak juga orang yang menyatakan suatu kalimat tertentu sama maknanya dengan parafase dari kalimat itu. Inipun keliru sebab parafase tidak lain dari pada rumusan informasi yang sama dalam bentuk ujaran yang lain.

 

Disamping parafase, ada juga istilah perifase, yaitu informasi yang sama dengan rumusan yang lebih panjang.

 

  1. Maksud

Di atas telah dibicarakan bedanya makna dengan informasi. Makna adalah gejala dalam ujaran, sedangkan informasi adalah gejala luar uajaran, selain informasi sebagai sesuatu yang luar ujaran adalagi sesuatu yang lain yang juga luar ujaran, yaitu yang disebut maksud.

 

Informasi dan maksud sama-sama sesuatu yang luar ujaran. Hanya bedanya kalau informasi itu merupakan ssesuatu yang luar ujaran dilihat dari segi objeknya atau yang dibicarakan, sedangkan maksud dilihat dari segi orang yang berbicara, atau pihak subjeknya. Disini orang yang berbicara itu mengujarkan sesuatu ujaran entah beruoa kalimat ataupun farasa tetapi yang dimaksudnya tidak sama dengan makna lahiriah uajaran itu. Disimpang-simpang jalan dijakarta banya tukang dagang asongan menawarkan barang dagangannya kepada para pengemudi atau penumpangkendaraan (yang kebetulan kendaraannya tertahan arus lalu lintas) dengan kalimat tanya”koran. koran?” atau “jeruk, pak?”. Padahal mereka tidak bermaksud bertanya, melainkan bermaksud menawarkan. Contoh lain, seorang ayah setelah memeriksa nuku raport anaknya, dan melihat bahwa angka-angka dalam nuku raport itu banyak yang merah, berkata kepada anaknya dengan nada memuji “raportmu bagus sekali, nak!”. Jelas, dia tidak bermaksud memuji walaupun nadanya memuji. Dengan kalimat itu dia sebenarnya bermaksud menegur atau mungkin juga mengejek anak itu.

 

Maksud banyak digunakan dalam bentuk-bentuk ujaran yang disebut metafora, ironi, litotes, dan bentuk gaya bahasa lain. Selama masih menyakut segi bahasa maka maksud itu masih dapat disebut sebagai persoalan bahasa. Tetapi kalau sudah terlalu jauh dan tidak berkaitan lagi dengan bahasamaka sudah tidak disebut lagi persoalan bahasa. Mungkin termasuk persoalan bidal studi lain; entah filsapat, antropologi ataupun psikologi.

 

  1. Tanda, Lambang, Konsep, dan Definisi

 

Dalam uraian diatas sudah disebutkan istilah tanda, lambang. Konsep. Untuk memahami pembicaraan selanjutnya dengan lebih baik, ada baiknya kalau ketiga kata itu dibicarakan lagi disertai dengan istilah simbol dan definisi atau batasan.

 

Tanda dalam bahasa indonesia yang pertama adalah berarti “bekas”. Pukulan rotan yang cukup keras pada punggung akan memberi bekas. Bekas pukulan itu, yang berwarna kemerahan, menjadi tanda akan telah terjadi suatu pukulan dengan rotan pada temoat tersebut. Pada pagi hari secerah sinar matahari yang masuk kedalam kamar melalui celah-celah dinding merupakan tanda bahwa hari sudah siang. Dari contoh-contoh diatas kita dapat melihat bahwa tanda dengan hal yang ditandai bersipat langsung

 

Lambang juga sebenarnya adalah tanda, hanya bedanya lambang ini tidak memberi tanda secara langsung, melainkan melalui sesuatu yang lain, warna merah pada bendera sang merah putih merupakan lambang “keberanian” dan warna putih merupakan lambang “kesucian” seperti yang diungkapkan Ogden dan Richard (1871:9) lambang itu bersipat konversian, perjanjian tetapi ia dapat diorganisasikan, direkam dan dikomunikasikan. Jadi untuk mengetahui maksud lambang-lambang itu kita harus mempelajarinya.

 

Bunyi-bunyi bahasa atau satuan bahasa sebenarnya termasuk lambang sebab sifatnya konvesional. Untuk memahami makna atau yang diacu oleh bunyi-bunyi bahasa itu kita harus mempelajarinya, orang inggris tidak akan tahu bahwa <meja> dlam bahasa Indonesia itu adalah tablet dalam bahasanya; dan juga dia juga tidak akan tahu bahwa <anjing> dalam bahasa Indonesia sama dengan dogdalam bahasanya.

 

Bagaimana pula dengan kata simbol? Simbol adalah kata serapan yang berpadanan dengan kata Indonesia lambang. Dalam karangan ini kedua kata itu dianggap mewakili konsep yang sama meskipun distribusi penggunaannya berbeda.

 

Lambang bahasa (entah berupa kata, gabungan kata, maupun satuan ujaran lainnya) sama dengan lambang dan tanda-tanda dalam bidang lain”mewakili suatu konsep yang berbeda di dunia ide atau pikiran kita. Umpamanya kata <kursi> “mewakili” suatu konsep tempat duduk dengan wujudnya yang sedemikian rupa sehingga nyaman untuk diduduki . meskipun dalam dunia nyata ada sedimikian banyaknya jenis dan macam kursi tetapi gambar abstrak akan konsep kursi itu sama. Oleh karena itu, ada kemungkinan bila seseorang mendengar kata <kursi> yang diucapkan oleh seorang pengujar atau membacanya yang ditulis oleh seorang penulis, dia akan memiliki bayangan atau gambaran kursi yang tidak sama dengan yang dimaksud oleh si pengujar atau si penulis. Bisa terjadi si pengujar atau penulis memaksudkan <kursi> yang dapat dilipat-lipat (dan biasa disebut kursi lipat ) sedangkan si pendengar atau pembaca membayangkan kursi berjok empuk yang diduduki seorang direktur di kantor perusahaan besar. Konseo sebagai referen dari suatu lambang memang tidak pernah bisa “sempurna”. Oleh karena itulah kalau kita menyebut <kursi> atau <pemuda> atau lambang apa saja, orang sering bertanya “apa yang dimaksud dengan kursi?” atau juga “apa atau siapa yang Anda maksud dengan pemuda itu?” . semua ini membuat orang berusaha merumuskan konsep-konsep yang ada dalam dunia idenya dalam suatu rumusan yang disebut definisi  atau batasan. Secara umum definisi atau batasan ini memberi rumusan yang lebih teliti mengenai suatu konsep, walaupun definisi itu sendiri seringkali juga banyak kelemahannya.

 

  1. Beberapa Kaidah Umum
  2. Hubungan antara sebuah kata/leksem dengan rujukan atau acuannya bersifat arbitrer. Dengan kata lain tidak ada hubungan wajib di antara keduanya.
  3. Secara sinkronik makna sebuah kata/leksem tidak berubah, secara diakronik ada kemungkinan berubah. Maksudnya, dalam jangka waktu terbatas makna sebuah kata tidak akan berubah, tetapi dalam jangka waktu yang relatif tidak tidak terbatas ada kemungkinan bisa berubah. Namun, bukan berarti setiap kata akan berubah maknanya.

 

  1. Bentuk-bentuk yang berbeda akan berbeda pula maknanya. Maksudnya, kalau ada dua buah kata/leksem yang bentuknya berbeda. Meskipun perbedaannya sedikit, tetapi maknanya pasti akan berbeda. Oleh karena itu, dua buah kata yang disebut bersinonim pasti kesamaan maknanya tidak persis seratus persen. Pasti ada perbedaannya. Secara operasional hal ini dapat dibuktikan. Misalnya kata, kinidan sekarang  adalah dua buah kata yang bersinonim. Tapi kata sekarang  dalam frase bininya yang sekarang…tidak dapat diganti dengan kata kini. Konstruksi *bininya yang kini adalah tidak gramatikal.

 

  1. Setiap bahasa memiliki sistem semantik sendiri  yang berbeda dengan sistem semantik itu berkaitan erat dengan sistem budaya masyrakat pemakai bahasa itu, sedangkan sistembudaya yang melatarbelakangi setiap bahasa itu tidak sama.

 

  1. Makna setiap kata/leksem dalam suatu bahasa sangat diengaruhi oleh pandangan hidup dan sikap anggota masyarajat yang bersangkutan. Misalnya, mkana kata babi pada kelompok masyarakat Indonesia yang bukan beragama Islam.

 

1.4 JENIS JENIS MAKNA

Makna dapat diinterpretasikan secara berbeda menurut : sense, feeling, tones, dan intention.

Di samping itu, ada beberapa jenis makna lain :

  1. Penyempitan Makna
  2. Makna Konotatif : makna yang mencakup emosi pengujar
  3. Makna Referensial : makna yang memiliki hubungan langsung dengan fakta
  4. Makna Konstruksi : – the book belongs to me
  5. Makna Leksikal dan Gramatikal :
  6. Makna Leksikal : makna kata yang ada di dalam kamus
  7. Makna Grammatikal : makna yang memunculkan kalimat gramatikal

Contoh                             : the book on the table is mine

  1. Makna Ideasional : makna ini juga disebut makna konseptual

Contoh                                   : democracy. What is it?

  1. Makna Proposional : makna yang muncul jika kita membatasi pemahaman kita  terhadap sesuatu.

Contoh                                     : one week has seven days.

  1. Makna Kontrol : makna yang mengandung inti atau ide utama dalam percakapan atau paragraf.
  2. Makna Bergambar : makna yang dihubungkan dengan perasaan penutur atau pendengar.

Contoh                                    : I hate the groud he steps on.

  1. Makna Idiomatik : makna yang dihubungkan dengan kata kiasan

Contoh                                   : He kicked the bucket – dead.

 

Selain itu, Leech juga membagi makna ke dalam 7 kelompok :

  1. Makna konseptual / sense adalah sama dengan makna isi, denotatif, kognitif atau logika.
  2. Makna konotatif memiliki definisi yang berlawanan dengan makna konseptual
  3. Makna stylish adalah makna dari cara penutur mengucapkan atau penulis menuliskan
  4. Makna afektif adalah ekspresi perasaan dan sikap penutur atau penulis
  5. Makna reflektif adalah kumpulan makna dengan sense ekspresi yang lain.
  6. Makna kolektif adalah makna yang dinyatakan dalam kumpulan kata.
  7. Makna tematik adalah makna yang diperoleh dari urutan kata dalam klausa.
    • PERUBAHAN MAKNA

Pernyataa tentang makna sebuah kata secara sinkronis data berubah menyiratkan pula egertian bahwa tidak setiap tata maknanya harus atau berubah secara diakronis. Berikut ini akan dibcarakan sebab – sebab perubahan itu serta wujud atau macam perubahannya

Sebab – sebab perubahan

Banyak factor yang menyebabkan terjadinya erubah makna sebuah kata, diantaranya ada

1.Perkembangan Dalam Ilmu dan Teknologi

Pekembangan dalam bidang IPTEK  menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata.Disini sebuah kata yang  tadinya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang  sederhana , tetap digunakan walaupun konsep yan dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru atau teori dalam satu bidang ilmu atau sebagai akibat perkembangan teknologi.

 

Contoh pada kata “ perahu “, walaupun  kini sebaga akibat perkembangan  teknologi, sudah berganti atau mnggunakan istilah “ kapal “ memang masih ada orang ysng masih menggunakan perahu tapi khususnya di desa- desa.Contoh lain  kata telepon sekarang sudah berganti menjadi HP ( hand phond ) sebagai akibat dari perkembangan teknologi tapi juga masih ada tersedia telepon  umum biasanya digunakan untuk umum yang disebut wartel atau telepon rumah.

Kata computer sekarang sudah diganti dengan laptop atau notebook sbagai akibat dari perkembangan teknologi ,tapi masih ada juga yang menggunakan computer  misalnya saja jasa warnet.

2.Perkembangan Sosial dan Budaya

Perkembangan dalam bidang social kemasyarakatan dapat menyebabkan terjadinya  perubahan makna sama seperti yang terjadi sebagai akiba dari erkembangan teknologi.

Contoh

3.Perbedaan Bidang Pemakaian

Dalam setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosa kata tersndiri yang hanya dan digunakan  dengan makna tertentu dalam bidang tersebut.Contoh dalam bidang kesehatan ada kata – kata dokter , suster, perawat , apotik, obat, opnam diagnosa, infus, koma,penyakit, rumah sakit , pasien. Dalam bidang olah raga ada kata – kata alit, renang, berlari , melempar, senam lantai, erobik, fitnes, bulu tangkis, sepak  bola, Voli, basket, melompat ,

 

4.Adanya Asosiasi

Kata – kata yan digunakan diluar bidangnya,seperti yang sudah dibicarakan diatas masih behubungan maknanan dengan makna yang diguakan dalam bidang asalnya. Ada perbedaan dengan perubahan aknayan terjadi sebagai akbat penggunaan dalam bidang  yang lain,disini makna baru yang muncul adalah bekaitan dengan hal/ peristiwa yang lain yan berkeaan dengan kata tersebut.Contoh asosiasi antara dompet dengan uang inidimaksud adalah isinya yaitu uang,

Contoh lain ada pula asosiasi yang berkanaan dengan waktu, misalnya  perayaan 21 april maksudnya tentu perayaan hari kartini. Karena hari kartini jatuh pada tanggal 21 april. Dengan kata lain di sini yang disebut waktunya, namun yang di maksud ialah peristiwanya.

Ada pula perbedaan makna akibat asosiasi yang berkenaan dengan tempat, contoh ayo kita bertamasya ke curug ceheng. Maksud dari kata curug ceheng, adalah mengasosiasikan tempat yang ada di desa ceheng.

 

5.Pertukaran tanggapan indra

Alat indra yang kita  miliki ada lima dan sudah mempunyai tugasnya masing-masing. Akan tetapi yang kita bahas ialah tentang pertukaran antar indra. Misalnya : Suaranya sangat merdu dan enak didengar. Pada contoh ini, pertukaran yang terjadi ialah antara inda pendengaran dengan perasa.

Contoh lain yaitu : kue ini terlihat sangat enak sekali. Ini terjadi perubahan dari indra penglihatan dengan perasa. Kedengarannya gadis itu terlihat sangat cantik. Ini mengalami perubahan dari indra pendengaran menjadi penglihatan.

Dalam pemakaian bahasa Indonesia, banyak sekali terjadi senestisi ini seperti dalam frase coklat tua dengan merah muda yang menggabungkan secara warna (merah dengan coklat) dengan usia (tua dan muda) yang terjadi b ukan gejala sinestesia melainkan gejala perbandingan.

 

6.Perbedaan tanggapan

Setiap unsure leksikal atau kata sebenarnya secara sinkrons telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dari masyrakat, maka banya kata yang memiliki nilai rasa yang rendah maupun nilai rasa yang tinggi. Hal ini sering di sebut juga peyoratif dan amelioratif.

Contoh kata bunting, dewasa ini dianggap peyoratif. Namun  kata hamil adalah amelioratif. Kata mati dianggap peyoratif namun kata meninggal dunia sebagai amelioratif.

 

7.Adanya penyingkatan

Dalam bahasa Indonesia banyak sekali kata, baik yang diucapkan maupun di tulis. Namun tanpa disadari secara keseluruhan, setiap orang pasti memiliki paham atau maksud tersendiri tentang sebuah kata.

Contoh kata ortu, setiap orang pasti sudah mengetahui bahwa yang dimaksud ialah orang tua. Kata puskesmas, maksudnya ialah pos pelayanan masyarakat.

 

8.Proses gramatikal

Proses gramatikal seperti afiksasi, reduplikasi, dan komposisi yang memiliki makna perubahan kata dapat berpengaruh dengan perubahan makna. Akan tetapi bukan perubahan makna yang menjadikan hal seperti itu, melainkan bentuk kata yang sudah menjadi hasil proses gramatikal.

 

9.Perkembangan istilah

Upaya dalam membentuk atau mengembangkan istilah baru ialah dengan memnfaatkan kosakata bahasa Indonesia yang ada dengan jalan memberi makna baru.contoh kata bahan yang semula bermakna kain, kini menjadi bermakna baju.

 

Jenis perubahan

Perubahan kata ada yang bersifat halus maupun kasar yang bertujuan baik menyempitkan ataupun memperluas. Hal ini akan diperjelas lagi sebagai berikut.

1.Meluas

Adalah perubahan makna secara meluas, misalnya : kata beliau yang semula digunakan untuk orang yang memiliki jabatan tinggi, kini juga bisa digunakan untuk orang yang lebih tua atau orang yang lebihtinggi derajatnya.

  1. Menyempit

Adalah sebuah kata yang mengalami penyempitan makna, misalnya kata ilmuan yang biasanya digunakan untuk orang yang pandai atau cendekiawan. Namun kini digunakan  untuk penemu atau professor.

  1. Perubahan secara total

Terjadi perubahan makna secara total. Misalnya kata pandai dan pintar. Kini menjadi kata cerdas. Kata sigapdan rajin kini menjadi terampil.

  1. Penghalusan (ufemia)

Kata yang bermakna kasar berubah menjadi halus dalam penggunaan kata. Misal kata maling kini menjadi pencuri, tua menjadi lanjut usia dan lain sebagainya.

5.Pengkasaran

Kata yang mengalami perubahan makna dari halus ke kasar. Misalnya kata menendang yang sebenarnya mengeluarkan.

REFERENSI

 

Chaer, Abdul. 2003. Linguistik Umum. Jakarta : Rineka Cipta

Depdikbud. 1993. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Finoza, Lamuddin. 2005. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Diksi Insan Mulia

Keraf, Gorys. 1994. Tata Bahasa Indonesia. Ende Flores : Nusa Indah

O’Grady, William. Dobrovolsky, Michael & Katamba, Francis. 1996. Contemporary     Linguistics. Londond : Longman

makalah tentang perubahan makna (semantik)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *